Senin, 28 Maret 2011

MEMELIHARA ”ANJING”

Dalam sebuah riwayat dikatakan ada seorang pelacur masuk Surga hanya gara gara berbuat baik memberi minum seekor anjing. Ashābul kahfi dalam berjuang fi sabilillahnya ditemani seekor anjing (18:18,22) dan kabarnya anjingnya masuk Surga. Wallāhu a’lam. Soal masuk Surga urusan Allah, Allah hanya mengingatkan bahwa rahmat Allah dekat kepada orang-orang yang muhsinān (berbuat baik) (7:56)
Yang jelas anjing termasuk binatang cerdas, maka dalam Alquran dimasukkan kedalam kelompok mukallibīn (5:4), binatang buas yang terlatih, bisa disuruh-suruh sesuai keperluan, bahkan untuk saat ini anjing sering dipergunakan untuk keperluan kepolisian dalam melacak buronan dan tindak kejahatan lainnya.
Namun demikian manusia diperbolehkan untuk memanfatkannya. Rasulullah bersabda : ”Barang siapa memelihara anjing selain anjing untuk pengawal, untuk berburu dan penjaga kebun, maka akan berkurang pahalanya satu qirath” (HR.Buhkari Muslim dari Abu Hurairah). Yang paling penting bagi kita adalah  jangan sampai menyerupai tingkah lakunya. Anjing hanya memikirkan perut dan seksual.
Anjing juga dijadikan sebagai ilustrasi bagi manusia yang tidak mau menjalankan perintah Allah, yang melupakan ayat-ayat-Nya, ...” Dan kalau kami menghendaki, Sesungguhnya kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (7:176)
Jika ada disekitar kita orang-orang yang hanya cenderung kepada CINTA DUNIA dan menuruti HAWA NAFSUNYA maka mereka itu seperti anjing. Wujudnya manusia tetapi kalau dalam hidupnya hanya untuk mencari materi dunia, bangga-banggaan, megah-megahan (57:20), menuruti keinginan syahwat wanita, emas perak, sawah ladang dan kendaraan (3:14), sementara melupakan ibadah kepada Allah, maka itulah anjing berbadan manusia.
Kalau dari sudut pandang ini kita memulai penilaian maka ternyata ”anjing” banyak kita temukan disetiap lini pekerjan manusia, ada yang pajabat, rakyat dan ada juga pengusaha.
Namun demikian biarlah ayat Alquran yang menasehati manusia, sementara kita hanya menyampaikan apa-apa yang perlu disampaikan. Yang penting dakwah Alquran jangan sampai terhalang (28:87). Siapapun akan ”marah” jika kata-kata ”anjing” keluar dari mulut kita untuk menilai orang seberappun kriteria itu nampak jelas ada pada mereka.
Kita tidak dalam kapasitas memvonis tetapi sekedar mengajak dengan mengingatkan agar manusia kembali ke jalan Allah dengan penuh hikmah, nasehat dan diskusi yang baik (16:125) serta dengan lemah lembut (3:159).
Agar kita terhindar seperti ”anjing” maka kembalilah kepada Alquran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar